Kamis, 18 April 2013

“Ringkasan materi tentang Internal Audit “Resiko (Risk) Audit” Risiko Audit


Nama  : Hardi
NIM    : F01110023
M.K    : Auditing

“Ringkasan materi tentang Internal Audit “Resiko (Risk) Audit”

Risiko Audit

         Risiko   adalah   ketidakpastian   yang   dihadapi   oleh  organisasi   dalam mencapai tujuannya. Risiko juga bisa dipandang sebagai potensi terjadinya kondisi-kondisi atau kejadian-kejadian yang dapat menghambat organisasi untuk mencapai tujuannya. Berkaitan dengan audit, ada dua jenis risiko yaitu risiko organisasi dan risiko audit. Risiko organisasi adalah potensi terjadinya kondisi-kondisi atau kejadian-kejadian yang dihadapi oleh organisasi dalam mencapai tujuannya, sedangkan risiko audit adalah risiko yang dihadapi oleh auditor yang menyebabkan audit tidak mencapai tujuannya.

A.     Risiko Organisasi
      Setiap organisasi, termasuk pemerintahan, mempunyai tujuan-tujuan. Dalam usaha mencapai tujuan, organisasi menghadapi  risiko yaitu kondisi atau kejadian yang dapat menghambat organisasi dalam mencapai  tujuannya.  Karenanya,  dalam  usaha  mencapai  tujuan, sangat  penting  bagi  organisasi  untuk  mengevaluasi  dan meningkatkan pengendalian risiko.
      Pemahaman tentang pengelolaan/manajemen risiko penting bagi auditor   intern,   karena   auditor   intern  bertanggung   jawab   untuk mengkaji ulang penerapan manajemen risiko dan menentukan bahwa penerapan manajemen risiko telah sesuai dengan tata kelola yang sehat. Dengan kata lain, auditor intern mempunyai kewajiban untuk menentukan bahwa risiko yang dihadapi organisasi telah diidentifikasi dan diminimalisasi. Pemahaman atas manajemen risiko juga penting bagi auditor intern, karena pada setiap penugasan audit, risiko-risiko organisasi  akan merupakan  dasar bagi auditor dalam menentukan tingkat  risiko  audit.  Tingkat   risiko  pelaksanaan   kegiatan  (Resiko Organisasi) juga  merupakan  faktor  yang  harus  dipertimbangkan dalam menetapkan materialitas atau tingkat dapat diterimanya suatu keadaan yang tidak sesuai dengan yang seharusnya, atau dengan kata lain batas nilai kesalahan yang masih dapat ditoleransi. Di samping itu, pemahaman mengenai risiko organisasi  diperlukan oleh auditor untuk menentukan, mengembangkan, dan memfokuskan tujuan-tujuan audit.

B.     Risiko Audit
      Risiko audit adalah kondisi ketidakpastian yang dihadapi oleh auditor yang menyebabkan audit tidak mencapai sasaran. Dengan kata lain simpulan  atau  pendapat  yang  dikemukakan  tidak  sesuai  dengan kondisi yang sesungguhnya. Auditor yang melakukan audit oprasional dikatakan mengalami risiko audit jika auditor menyimpulkan bahwa kegiatan  telah  dilakukan  secara  ekonomis,   efisien,  dan  efektif, padahal  sesungguhnya  terdapat  ketidakekonomisan, ketidakefisienan, serta ketidakefektifan dalam pelaksanaan kegiatan.
Guna memperkecil  risiko audit, auditor dapat menggunakan  model risiko sebagai berikut:

Risiko Audit = Risiko Inheren x Risiko Pengendalian x Risiko Deteksi4

         Risiko Audit (RA) adalah ukuran risiko tidak tercapainya tujuan audit. Dengan kata lain risiko audit merupakan suatu ukuran dimana auditor akan membuat  simpulan atau pendapat  yang tidak sesuai dengan kondisi  yang  sesungguhnya.  Risiko  audit  dipengaruhi  oleh  ketiga unsur risiko yang lain, yakni risiko inheren (risiko melekat), risiko pengendalian, dan risiko deteksi.

1.      Risiko Inheren (RI) atau risiko melekat adalah ukuran risiko yang terkait   dengan   operasi   organisasi   sebelum   mempertimbangkan efektivitas pengendalian. Jadi, risiko inheren berkaitan dengan sifat kegiatan  yang  bersangkutan,  tanpa  memperhatikan   lemah  atau kuatnya pengendalian intern yang diterapkan dalam pengelolaan kegiatan tersebut serta tidak dapat dipengaruhi oleh auditor.
Contoh :
Sebagai contoh, kegiatan penyimpanan obat di rumah sakit memiliki risiko inheren yang lebih tinggi terhadap kehilangan, daripada kegiatan penyimpanan blanko formulir pencatatan data pasien. Hal ini karena obat mempunyai  kemungkinan  yang lebih besar (atau  dengan  kata lain  lebih berisiko)  untuk  dicuri  serta  rusak  karena  penyimpanan   dibandingkan dengan blangko formulir data pasien. Di samping itu, hilang atau rusaknya obat akan mengakibatkan kerugian yang lebih besar dibandingkan dengan kerugian akibat hilangnya blangko formulir data pasien.

2.      Risiko Pengendalian (RP) adalah ukuran taksiran auditor bahwa pengendalian   yang  diterapkan   auditi   dalam   pelaksanaan   suatu kegiatan   tidak   mampu   mendeteksi   dan  mencegah   terjadinya kesalahan atau kecurangan. Makin lemah pengendalian yang diterapkan, maka makin besar nilai risiko pengendalian. Sama halnya dengan   risiko   inheren,   risiko  pengendalian   juga   tidak   dapat dipengaruhi oleh auditor. Risiko pengendalian merupakan hasil dari penerapan pengendalian intern yang telah ditetapkan oleh auditi.
Contoh:
Sebagai contoh, prosedur otorisasi oleh seorang pejabat keuangan dimaksudkan untuk mencegah risiko bahwa pengeluaran kas telah dibebankan pada mata anggaran yang sesuai. Setelah prosedur ini diuji efektivitasnya,  ternyata  diketahui  bahwa  sebesar  30%  pengeluaran  kas telah  dibebankan  pada  mata  anggaran  yang  keliru,  maka  dalam  hal  ini auditor perlu menetapkan tingkat risiko pengendalian yang tinggi terhadap terjadinya pengeluaran yang tidak sesuai anggaran.

3.      Risiko Deteksi (RD) adalah ukuran risiko bahwa hasil pengumpulan dan evaluasi bukti-bukti audit akan gagal mendeteksi adanya kesalahan. Jadi risiko deteksi sepenuhnya merupakan hasil dari keputusan pengujian yang dilakukan oleh auditor. Makin besar nilai RD makin besar kemungkinan audit tidak dapat mendeteksi adanya kesalahan. Jadi, berbeda dengan risiko inheren dan risiko pengendalian, risiko deteksi sepenuhnya ditentukan oleh auditor. Dihubungkan dengan pelaksanaan pengujian bukti dalam audit yang pada umumnya dilakukan dengan pengambilan sampel atas populasi bukti yang diuji, RD terdiri dari:
a.      Risiko sampling yaitu risiko yang terjadi jika sampel yang diuji tidak mewakili populasi (tidak representatif). Jadi risiko sampling berkaitan   dengan   metode   sampling   yang  digunakan   oleh auditor.  Untuk  mengatasi   terjadinya  risiko  sampling,  maka auditor harus merancang metode samplingnya sedemikian rupa agar sampel mewakili populasi.
b.      Risiko   non   sampling   yaitu   risiko   yang   terjadi   tanpa   ada hubungannya   dengan   pelaksanaan   audit  secara   sampling. Risiko non sampling  dipengaruhi  oleh dua faktor, kompetensi auditor dan prosedur audit yang dipilih. Auditor akan mengalami risiko deteksi atau gagal menemukan kesalahan  jika  auditor  yang  ditugaskan  melakukan  pengujian tidak kompeten, misalnya auditor tidak mengetahui  kesalahan apa yang harus ditemukan. Di samping itu, auditor juga dapat gagal menemukan  kesalahan  jika prosedur  audit yang digunakan salah.
Contoh:
Risiko deteksi dapat terjadi jika auditor tidak kompeten. Sebagai contoh, prosedur pelaksanaan pengeluaran barang dari gudang menetapkan bahwa seluruh pengeluaran barang harus diotorisasi oleh Kepala Bagian Produksi. Dalam hal ini, risiko deteksi dapat terjadi jika auditor yang ditugaskan untuk menguji  bahwa  seluruh barang  yang dikeluarkan  dari gudang  diotorisasi sebagaimana mestinya, hanya melihat bahwa barang yang dikeluarkan ada bon keluar barangnya atau tidak tanpa melihat apakah dalam bon tersebut ada tanda tangan Kepala Bagian Produksi atau tidak.
Contoh:
Risiko deteksi juga dapat terjadi karena auditor salah menetapkan langkah pengujiannya  (prosedur  audit).  Sebagai  contoh,  prosedur  pengeluaran barang menetapkan  bahwa setiap pengeluaran barang harus didasarkan pada permintaan dari pihak yang akan menggunakan. Jadi dalam pelaksanaan pengeluaran barang akan terdapat dua populasi bukti yang saling  terkait,  bukti  permintaan  barang  dan  bukti  pengeluaran  barang. Dalam hal ini, risiko deteksi dapat terjadi jika dalam melakukan pengujian auditor menetapkan prosedur audit “periksa apakah atas setiap bukti permintaan barang terdapat bukti pengeluaran barangnya!” Prosedur ini dipastikan tidak akan menemukan kesalahan seperti kecurangan pihak gudang  yang mengeluarkan  barang walaupun  tidak ada permintaan  dari pihak yang membutuhkan barang, karena jika ada permintaan barang dapat dipastikan bagian gudang akan menerbitkan bukti pengeluaran barang. Sebaliknya,  jika prosedur  audit yang ditetapkan  adalah: periksa  apakah atas setiap bukti pengeluaran barang terdapat bukti permintaan barangnya!” maka  prosedur  ini mungkin  akan  dapat  menemukan  kecurangan  bagian gudang atas pengeluaran barang yang tidak didasarkan pada permintaan barang.   Dengan   prosedur   tersebut,   jika   seandainya   bagian   gudang melakukan  kecurangan  mengeluarkan  barang  tetapi  bukan  untuk kepentingan perusahaan, maka akan dapat ditemukan dari sampel pengeluaran barang yang  tidak ditemukan bukti permintaan barangnya.

      Berdasarkan  penjelasan  di atas,  maka  risiko  deteksi  berhubungan dengan luasnya pengumpulan dan pengujian bukti yang harus dilakukan auditor. Risiko deteksi yang rendah hanya dapat dicapai jika auditor  melakukan  pengujian  yang luas. Hal ini berarti  bahwa risiko deteksi berbanding terbalik dengan luasnya pengujian. Pemahaman mengenai model risiko audit tersebut akan dapat membantu auditor dalam merancang luasnya pengujian agar auditor tidak mengalami risiko audit (dalam arti audit menjadi tidak efektif), serta agar audit dapat dilaksanakan secara efisien (dalam arti audit dapat menghindarkan diri, melakukan perluasan pengujian yang tidak perlu).
Guna melakukan rancangan luasnya pengumpulan dan pengujian bukti, model risiko audit di atas perlu dimodifikasi sebagai berikut:
RA yang dapat diterima
RD direncanakan = -------------------------------- RI x RP


   Guna  menghindari  risiko  audit,  maka  auditor  harus  menetapkan bahwa RA yang dapat diterima adalah rendah. Hubungan antar risiko tersebut dengan luasnya pengujian dapat disarikan sebagai berikut:






Tabel. Hubungan Antar Risiko Dengan Luasnya Pengujian

RA diterima
RI
RP
RD rencana
Pengujian Bukti
Rendah
Rendah
Rendah
Tinggi
Rendah
Rendah
Rendah
Tinggi
Menengah
Menengah
Rendah
Tinggi
Rendah
Menengah
Menengah
Rendah
Tinggi
Tinggi
Rendah
Tinggi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar