Nama : Hardi
NIM : F01110023
M.
K : Akuntansi Manajemen
Ringkasan & Penyelesaian Kasus Bab
7
“Pengambilan Keputusan Jangka
Pendek”
A.
Pengambilan
Keputusan
Pengambilan
keputusan (decision making) adalah memilih salah satu diantara berbagai
alternative tindakan yang ada. Pemilihan ini biasanya menggunakan dasar ukuran
tertentu, apakah probabilitas atau penghematan cost.
Para manajer
berusaha menyusun situasi pengambilan keputusan dalam bentuk kuantitatif
sebanyak mungkin, sehingga pilihan diantara berbagai alternative dapat dibuat
dengan dasar yang sistematik. Jadi dengan informasi kuantitatif, para para
pengambil keputusan dapat mengikuti proses yang logis di dalam memilih berbagai
alternative, dapat mempertanggungjawabkan setiap langkah yang diambil, dan
dapat mengevaluasi hasil – hasil yang dicapai.
Proses pengambilan keputusan meliputi 4
tahap, yaitu:
1. Menentukan
masalah dengan penekanan pada tujuan yang hendak dicapai.
2. Mengidentifikasi
berbagai alternative tindakan.
3. Mendapatkan
informasi relevan dan menyingkirkan informasi yang tidak relevan
4. Membuat
keputusan.
B.
Analisis
Diferensial
Analisis
diferensial adalah sebuah model keputusan yang dapat digunakan untuk
mengevaluasi perbedaan – perbedaan dalam pendapatan dan kos yang berkaitan
dengan berbagai alternative tindakan. Cost – cost yang dipertimbangkan di dalam analisis
diferensial bukannya cost - cost yang digunakan di dalam pelaporan keuangan
konvensional.
Untuk
tujuan pengambilan keputusan, klasifikasi kos meliputi ;
1. Relevan
Cost (Biaya Relevan), cost yang akan datang di masa yang akan datang dan
berbeda diantara berbagai alternative yang sedang dipertimbangkan di dalam
suatu keputusan.
2. Differencial
Cost (Biaya Diferensial), perbedaan cost relevan antara dua alternative atau
lebih.
3. Unavoidable
Cost (Biaya Takterhindarkan). Cost yang tidak akan berbeda dianatara berbagai
alternative keputusan, apakah kos itu akan terjadi di masa mendatang atau telah
terjadi di masa lalu.
4. Sunk
Cost, Biaya masa lalu.
5. Opportunity
Cost (Biaya Kesempatan), manfaat yang dikorbankan karena menolak satu
alternative, sementara menerima alternative lain.
C.
Menerima
atau Menolak Pesanan Khusus
Menerima
atau menolak pesanan khusus adalah dua alternative keputusan yang adakalanya
dihadapi oleh managemen. Pesanan khusus adalah pesanan diluar penjualan normal,
biasanya dengan harga yang lebih rendah daripada harga jual normal. Keputusan
tentang harga jual produk dalam jangka panjang harus mendasarkan pada
pertimbangan full cost. Namun dalam
jangka pendek, penentuan harga jual dapat dilakukan dengan hanya
mempertimbangkan differential cost.
D.
Menambah
atau Memberhentikan Departemen Atau Produk
Managemen
selalu dihadapkan dengan keputusan – keputusan yang melibatkan pemilihan
kombinasi produk yang menghasilkan laba yang tertinggi. Bila ada produk baru,
maka pendapatan dan biayanya harus dievaluasi secara hati – hati untuk
meyakinkan apakah labanya cukup besar untuk membenarkan keputusan menjual
produk tersebut.
Jika
produk lama tidak menguntungkan lagi, maka sebaiknya produk ini diberhentikan.
Keputusan – keputusan mengenai penambahan atau pemberhentian produk atau
departemen tertentu harus dilakukan dengan hati – hati. Pertimbangan –
pertimbangan dalam keputusan menambah atau memberhentikan produk adalah apakah
produk di masa yang akan datang akan memberi peningkatan laba bersih
perusahaan. Analisis diferensial dapat digunakan untuk mengevaluasi pengaruh
penambahan atau pemberhentian ini pada laba di masa yang akan datang.
E.
Membeli
Dari Luar atau Memproduksi Sendiri
Keputusan
membeli dari luar atau memproduks sendiri ini dihadapi oleh managemen dalam
perusahaan pabrikasi yang membuat suatu produk dengan menggunakan beberapa suku
cadang. Analisis diferensial dapat digunakan dalam memecahkan masalah ini.
F.
Memproses
Setelah Split-Off Point atau Langsung Menjual
Beberapa
produk dihasilkan secara bersama – sama dari bahan baku yang sama atau dari
satu proses yang sama. Seperti, bensin, minyak tanah dan minyak pelumas.
Akuntan menyebut produk – produk ini sebagai joint products atau co-products.
Saat dapat dipisahkannya produk – produk itu dari proses produksi disebut
split-off point. Cost produksi untuk produk – produk ini sebelum titik
pemisahan adalah joint cost atau common cost.
G.
Memilih
Produk
Apabila
perusahaan menghadapi masalah pemilihan produk yang harus diproduksi (dijual),
maka keputusan yang bijaksana adalah memilih produk yang memberi margin
kontribusi total yang tinggi.
Dalam
keadaan tidak ada batasan dalam sumberdaya ekonomik, margin kontribusi total
tertinggi tercapai bila perusahaan membuat produk yang margin kontribusi per
unitnya tertinggi. Dalam banyak hal, perusahaan menghadapi berbagai batasan
sumberdaya ekonomik. Misalnya, perusahaan manufaktur mempunyai kapasitas
produksi berupa jam tenaga kerja lamgsung atau jam mesin dalam jumlah yang
terbatas. Dalam department store, batasan utamanya adalah jumlah lantai yang
tersedia untuk memajang barang dagangan.
H.
Kombinasi
Produk
1. Pendekatan
Linear Programming
2. Pendekatan
Margin kontribusi Per Kendala
Penyelesaian Kasus ( Soal )
Kasus 1
a.
Perhitungan
Laba Taksiran
Perhitungan Laba – Rugi Dengan
Pendekatan Margin Kontribusi
|
||
Penjualan ( 5.000 x @Rp. 500,- )
Harga pokok penjualan variabel (5.000
x @Rp. 350,- )
|
|
Rp. 2.500.000,-
Rp. 1.750.000,-
|
Margin Kontribusi
|
|
Rp.
750.000,-
|
Biaya Tetap :
Produksi
Adm & Penjualan
|
Rp. 60.000,-
Rp. 90.000,-
|
Rp.
150.000,-
|
Laba
Bersih
|
|
Rp. 600.000,-
|
b.
Perhitungan
Pesanan Khusus.
Analisis Diferensial Dengan Dan
Tanpa Pesanan Khusus
|
|||
|
Tanpa pesanan khusus
|
Dengan pesanan khusus
|
Diferensial
|
Penjualan :
5000 x @500
500 x @400
|
Rp. 2.500.000
-
|
Rp. 2.500.000
Rp.
200.000
|
-
Rp. 200.000
|
|
Rp. 2.500.000
|
Rp. 2.700.000
|
Rp. 200.000
|
Biaya Variabel :
5000 x @350
500 x @350
|
Rp. 1.750.000
-
|
Rp. 1.750.000
Rp.
175.000
|
-
Rp.
175.000
|
Margin Kontribusi
|
Rp.
750.000
|
Rp.
775.000
|
Rp.
25.000
|
Biaya tetap : Adm & Penjualan
|
Rp.
150.000
|
Rp.
150.000
|
-
|
Laba
Bersih
|
Rp. 600.000
|
Rp. 625.000
|
Rp. 25.000
|
Pesanan
khusus tersebut diterima dan menghasilkan laba bersih sebesar Rp. 25.000,-.
Selain itu, pesanan khusus yang diterima juga tidak melampaui kapasitas
maksimal pabrik yang bisa memproduksi produk sebanyak 5.500 unit / bulan.
Produksi awal 5.000 unit
Produksi pesanan 500
unit
jumlah 5.500 unit
Jadi,
walaupun perusahaa menerima pesanan khusus, jumlah kapasitas produksi tidak
akan terlampaui.
c. Harga terendah per unit
Harga
pokok penjualan
|
|
Biaya Variabel
Biaya Tetap (Rp.150.000 :500)
|
Rp. 350,-
Rp. 300,-
|
|
Rp. 650,-
|
Biaya terendah per unit untuk pesanan khusus adalah
Rp. 650,-. Biaya ini lebih tinggi dibandingkan biaya produk penjualan awal. Ini
terjadi karena biaya variabel akan bertambah dengan adanya pesanan khusus
sedangkan biaya tetap jumlahnya akan tetap tanpa memandang diterima atau
ditolaknya pesanan khusus. Dengan tidak berubahnya biaya tetap yang sebesar Rp.
150.000,- itu yang membuat biaya untuk pesanan khusus bisa mencapai Rp. 650,-
karena besarnya biaya hanya difokuskan untuk jumlah produksi 500 unit.
d. Harga terendah tanpa biaya
administrasi & pemasaran
Harga Pokok Penjualan
|
|
Biaya Variabel
Biaya Tetap ( Rp. 60.000 : 500 )
|
Rp. 350,-
Rp 120,-
|
|
Rp. 470,-
|
Jadi,
dengan tidak digunakannya biaya administrasi dan pemasaran tambahan, maka harga
terendah untuk pesanan khusus adalah Rp. 470,-
Kasus
2:
a. Analisis pemberhentian divisi ABC
Pendapat manager korporat belum tentu benar apabila
divisi ABC diberhentikan hanya untuk menghindari kerugian dari divisi ABC
sebesar Rp. 200.000,-. Meskipun divisi ABC tidak memberikan margin kontribusi
yang cukup untuk menutupi seluruh biaya tetap divisinya sendiri, namun sudah
memberi sumbangan pada laba perusahaan. Sumbangannya adalah Rp. 250.000,- yang
terlihat sebagai margin kontribusi. Apabila divisi ABC ditutup, maka perusahaan
akan kehilangan mmargin kontribusi sebesar Rp. 250.000,- tersebut. Namun harus
dibuat perhitungan lanjutan mengenai laba
bersih perusahaan, apakah laba bersih perusahaan akan meningkat atau menurun
jika divisi ABC diberhentikan.
b. Tabel perhitungan jika divisi ABC
diberhentikan.
|
Divisi
ABC
|
Divisi
KLM
|
Divisi
XYZ
|
Total
|
Hanya
Divisi KLM & XYZ
|
Selisih
|
Penjualan
|
1.000.000
|
4.000.000
|
5.000.000
|
10.000.000
|
9.000.000
|
1.000.000
|
Biaya overhead
|
750.000
|
3.000.000
|
2.500.000
|
6.250.000
|
5.500.000
|
750.000
|
Margin kontribusi
|
250.000
|
1.000.000
|
2.500.000
|
3.750.000
|
3.500.000
|
250.000
|
Biaya tetap :
Overhead pabrik
Adm & pemasaran
Alokasi kantor pusat
|
150.000
175.000
125.000
|
200.000
250.000
400.000
|
400.000
600.000
625.000
|
750.000
1.025.000
1.150.000
|
600.000
850.000
1.150.000
|
150.000
175.000
-
|
Laba bersih
|
(200.000)
|
150.000
|
875.000
|
825.000
|
900.000
|
(75.000)
|
Jika divisi ABC
diberhentikan maka laba yang akan diperoleh sebesar Rp. 900.000,-. Laba bersih
perusahaan meningkat sebanyak Rp. 75.000,- yaitu dari Rp. 825.000,- menjadi Rp.
900.000,- jika divisi ABC deberhentikan. Peningkatan laba ini terjadi karena
divisi KLM & XYZ mempunyai margin kontribusi sebesar Rp. 3.500.000,-.
Margin kontribusi ini mampu menutupi biaya terhindarkan kedua divisi tersebut
yaitu sebesar Rp. 1.450.000 (overhead pabrik dan administrasi & pemasaran)
ditambah lagi dengan biaya tak terhindarkan Rp. 1.150.000,-. Sehingga hasilnya
menunjukkan laba bersih meningkat sebesar Rp. 75.000,- dari Rp. 825.000,-
menjadi Rp. 900.000,-
c.
Penyewaan
ruangan dari divisi ABC
Pemberhentian divisi
ABC dan menyewakan semua ruangan merupakan pilihan yang rasional. Karena jika
manager membiarkan ruangan itu tidak dipakai, maka ada pendapatan yang hilang
sebesar Rp. 400.000,-. Pendapatan ini juga dapat menambah pemasukan perusahaan.
Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan biaya kesempatan (opportunity cost).
d.
Perhitungan
jika divisi XYZ diberhentikan.
|
Divisi
ABC
|
Divisi
KLM
|
Divisi
XYZ
|
Total
|
Hanya
Divisi ABC & KLM
|
Selisih
|
Penjualan
|
1.000.000
|
4.000.000
|
5.000.000
|
10.000.000
|
5.000.000
|
5.000.000
|
Biaya overhead
|
750.000
|
3.000.000
|
2.500.000
|
6.250.000
|
3.750.000
|
2.500.000
|
Margin kontribusi
|
250.000
|
1.000.000
|
2.500.000
|
3.750.000
|
1.250.000
|
2.500.000
|
Biaya tetap :
Overhead pabrik
Adm & pemasaran
Alokasi kantor pusat
|
150.000
175.000
125.000
|
200.000
250.000
400.000
|
400.000
600.000
625.000
|
750.000
1.025.000
1.150.000
|
350.000
425.000
1.150.000
|
400.000
600.000
-
|
Laba bersih
|
(200.000)
|
150.000
|
875.000
|
825.000
|
(675.000)
|
(1.500.000)
|
Dengan diberhentikannya divisi XYZ, laba
perusahaan menjadi berkurang sebesar ( Rp. 1.500.000). jika perusahaan hanya
menjalakan divisi ABC dan divisi KLM, maka perusahaan mengalami kerugian
sebesar Rp. 675.000,-.
Kasus
3:
a. Perhitungan pembelia suku cadang
|
Membuat
sendiri suku cadang A
|
Membeli
suku cadang A
|
Variabel Tetap
|
Rp.
20.000.000,-
|
Rp 2.100 x
10.000
|
Total
|
Rp.
20.000.000,-
|
Rp. 21.000.000
|
Dalam memperhitungkan atas keputusan
ini, biaya tetap tidak ikut dipertimbangkan. Maka keputusannya adalah tetap
memproduksi sendiri suku cadang A. Ini dilakukan karena membeli dari dari luar
suku cadang A akan menimbulkan pemborosan Rp. 1.000.000,-
b.
Perhitungan
½ biaya tetap.
|
Membuat
sendiri suku cadang A
|
Membeli
suku cadang A
|
Biaya variabel
½ biaya tetap
|
Rp.
20.000.000,-
Rp. 2.500.000,-
|
Rp.
21.000.000,-
-
|
Total
|
Rp.
22.500.000,-
|
Rp.
21.000.000,-
|
Jika ada penawaran dari pihak luar
mengenai suku cadang A, maka harga oaling tinggi yang bisa diterima tidak boleh
dari Rp.22.500.000,-. Dengan perhitungan yang melibatkan ½ dari biaya tetap,
maka keputusan membeli suku cadang A dapat dipertimbangkan.
Terimakasih. Ini sangat membantu.
BalasHapusapakah tidak ada jawaban kasus 4 dan kasus 5 ?
BalasHapus