Jumat, 17 April 2015

“Pengambilan Keputusan Jangka Pendek”


Nama  : Hardi
NIM    : F01110023
M. K   : Akuntansi Manajemen

Ringkasan & Penyelesaian Kasus Bab 7
“Pengambilan Keputusan Jangka Pendek”

A.     Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan (decision making) adalah memilih salah satu diantara berbagai alternative tindakan yang ada. Pemilihan ini biasanya menggunakan dasar ukuran tertentu, apakah probabilitas atau penghematan cost.
Para manajer berusaha menyusun situasi pengambilan keputusan dalam bentuk kuantitatif sebanyak mungkin, sehingga pilihan diantara berbagai alternative dapat dibuat dengan dasar yang sistematik. Jadi dengan informasi kuantitatif, para para pengambil keputusan dapat mengikuti proses yang logis di dalam memilih berbagai alternative, dapat mempertanggungjawabkan setiap langkah yang diambil, dan dapat mengevaluasi hasil – hasil yang dicapai.
Proses pengambilan keputusan meliputi 4 tahap, yaitu:
1.      Menentukan masalah dengan penekanan pada tujuan yang hendak dicapai.
2.      Mengidentifikasi berbagai alternative tindakan.
3.      Mendapatkan informasi relevan dan menyingkirkan informasi yang tidak relevan
4.      Membuat keputusan.

B.     Analisis Diferensial
Analisis diferensial adalah sebuah model keputusan yang dapat digunakan untuk mengevaluasi perbedaan – perbedaan dalam pendapatan dan kos yang berkaitan dengan berbagai alternative tindakan. Cost – cost  yang dipertimbangkan di dalam analisis diferensial bukannya cost - cost yang digunakan di dalam pelaporan keuangan konvensional.
Untuk tujuan pengambilan keputusan, klasifikasi kos meliputi ;
1.      Relevan Cost (Biaya Relevan), cost yang akan datang di masa yang akan datang dan berbeda diantara berbagai alternative yang sedang dipertimbangkan di dalam suatu keputusan.
2.      Differencial Cost (Biaya Diferensial), perbedaan cost relevan antara dua alternative atau lebih.
3.      Unavoidable Cost (Biaya Takterhindarkan). Cost yang tidak akan berbeda dianatara berbagai alternative keputusan, apakah kos itu akan terjadi di masa mendatang atau telah terjadi di masa lalu.
4.      Sunk Cost, Biaya masa lalu.
5.      Opportunity Cost (Biaya Kesempatan), manfaat yang dikorbankan karena menolak satu alternative, sementara menerima alternative lain.

C.     Menerima atau Menolak Pesanan Khusus
Menerima atau menolak pesanan khusus adalah dua alternative keputusan yang adakalanya dihadapi oleh managemen. Pesanan khusus adalah pesanan diluar penjualan normal, biasanya dengan harga yang lebih rendah daripada harga jual normal. Keputusan tentang harga jual produk dalam jangka panjang harus mendasarkan pada pertimbangan full cost. Namun dalam jangka pendek, penentuan harga jual dapat dilakukan dengan hanya mempertimbangkan differential cost.

D.    Menambah atau Memberhentikan Departemen Atau Produk
Managemen selalu dihadapkan dengan keputusan – keputusan yang melibatkan pemilihan kombinasi produk yang menghasilkan laba yang tertinggi. Bila ada produk baru, maka pendapatan dan biayanya harus dievaluasi secara hati – hati untuk meyakinkan apakah labanya cukup besar untuk membenarkan keputusan menjual produk tersebut.
Jika produk lama tidak menguntungkan lagi, maka sebaiknya produk ini diberhentikan. Keputusan – keputusan mengenai penambahan atau pemberhentian produk atau departemen tertentu harus dilakukan dengan hati – hati. Pertimbangan – pertimbangan dalam keputusan menambah atau memberhentikan produk adalah apakah produk di masa yang akan datang akan memberi peningkatan laba bersih perusahaan. Analisis diferensial dapat digunakan untuk mengevaluasi pengaruh penambahan atau pemberhentian ini pada laba di masa yang akan datang.

E.     Membeli Dari Luar atau Memproduksi Sendiri
Keputusan membeli dari luar atau memproduks sendiri ini dihadapi oleh managemen dalam perusahaan pabrikasi yang membuat suatu produk dengan menggunakan beberapa suku cadang. Analisis diferensial dapat digunakan dalam memecahkan masalah ini.

F.      Memproses Setelah Split-Off Point atau Langsung Menjual
Beberapa produk dihasilkan secara bersama – sama dari bahan baku yang sama atau dari satu proses yang sama. Seperti, bensin, minyak tanah dan minyak pelumas. Akuntan menyebut produk – produk ini sebagai joint products atau co-products. Saat dapat dipisahkannya produk – produk itu dari proses produksi disebut split-off point. Cost produksi untuk produk – produk ini sebelum titik pemisahan adalah joint cost atau common cost.

G.    Memilih Produk
Apabila perusahaan menghadapi masalah pemilihan produk yang harus diproduksi (dijual), maka keputusan yang bijaksana adalah memilih produk yang memberi margin kontribusi total yang tinggi.
Dalam keadaan tidak ada batasan dalam sumberdaya ekonomik, margin kontribusi total tertinggi tercapai bila perusahaan membuat produk yang margin kontribusi per unitnya tertinggi. Dalam banyak hal, perusahaan menghadapi berbagai batasan sumberdaya ekonomik. Misalnya, perusahaan manufaktur mempunyai kapasitas produksi berupa jam tenaga kerja lamgsung atau jam mesin dalam jumlah yang terbatas. Dalam department store, batasan utamanya adalah jumlah lantai yang tersedia untuk memajang barang dagangan.

H.    Kombinasi Produk
1.      Pendekatan Linear Programming
2.      Pendekatan Margin kontribusi Per Kendala



Penyelesaian Kasus ( Soal )
Kasus 1
a.      Perhitungan Laba Taksiran
Perhitungan Laba – Rugi Dengan Pendekatan Margin Kontribusi
Penjualan ( 5.000 x @Rp. 500,- )
Harga pokok penjualan variabel (5.000 x @Rp. 350,- )

Rp. 2.500.000,-

Rp. 1.750.000,-
Margin Kontribusi

Rp.    750.000,-
Biaya Tetap :
Produksi
Adm & Penjualan

Rp. 60.000,-
Rp. 90.000,-




Rp.   150.000,-
Laba Bersih

Rp.   600.000,-

b.      Perhitungan Pesanan Khusus.
Analisis Diferensial Dengan Dan Tanpa Pesanan Khusus

Tanpa pesanan khusus
Dengan pesanan khusus
Diferensial
Penjualan :
5000 x @500
500 x @400

Rp. 2.500.000
-

Rp. 2.500.000
Rp.    200.000

-
Rp. 200.000

Rp. 2.500.000
Rp. 2.700.000
Rp. 200.000
Biaya Variabel :
5000 x @350
500 x @350

Rp. 1.750.000
-

Rp. 1.750.000
Rp.    175.000

-
Rp. 175.000
Margin Kontribusi
Rp.    750.000
Rp.    775.000
Rp.  25.000
Biaya tetap : Adm & Penjualan
Rp.    150.000
Rp.    150.000
-
Laba Bersih
Rp.    600.000
Rp.    625.000
Rp.  25.000
           
Pesanan khusus tersebut diterima dan menghasilkan laba bersih sebesar Rp. 25.000,-. Selain itu, pesanan khusus yang diterima juga tidak melampaui kapasitas maksimal pabrik yang bisa memproduksi produk sebanyak 5.500 unit / bulan.
Produksi awal                     5.000 unit
Produksi pesanan      500 unit
jumlah                   5.500 unit
Jadi, walaupun perusahaa menerima pesanan khusus, jumlah kapasitas produksi tidak akan terlampaui.

c.       Harga terendah per unit
Harga pokok penjualan
Biaya Variabel
Biaya Tetap (Rp.150.000 :500)
Rp. 350,-
Rp. 300,-

Rp. 650,-

Biaya terendah per unit untuk pesanan khusus adalah Rp. 650,-. Biaya ini lebih tinggi dibandingkan biaya produk penjualan awal. Ini terjadi karena biaya variabel akan bertambah dengan adanya pesanan khusus sedangkan biaya tetap jumlahnya akan tetap tanpa memandang diterima atau ditolaknya pesanan khusus. Dengan tidak berubahnya biaya tetap yang sebesar Rp. 150.000,- itu yang membuat biaya untuk pesanan khusus bisa mencapai Rp. 650,- karena besarnya biaya hanya difokuskan untuk jumlah produksi 500 unit.

d.      Harga terendah tanpa biaya administrasi & pemasaran
Harga Pokok Penjualan
Biaya Variabel
Biaya Tetap ( Rp. 60.000 : 500 )
Rp. 350,-
Rp 120,-

Rp. 470,-
Jadi, dengan tidak digunakannya biaya administrasi dan pemasaran tambahan, maka harga terendah untuk pesanan khusus adalah Rp. 470,-




Kasus 2:
a.      Analisis pemberhentian divisi ABC
Pendapat manager korporat belum tentu benar apabila divisi ABC diberhentikan hanya untuk menghindari kerugian dari divisi ABC sebesar Rp. 200.000,-. Meskipun divisi ABC tidak memberikan margin kontribusi yang cukup untuk menutupi seluruh biaya tetap divisinya sendiri, namun sudah memberi sumbangan pada laba perusahaan. Sumbangannya adalah Rp. 250.000,- yang terlihat sebagai margin kontribusi. Apabila divisi ABC ditutup, maka perusahaan akan kehilangan mmargin kontribusi sebesar Rp. 250.000,- tersebut. Namun harus dibuat perhitungan lanjutan mengenai  laba bersih perusahaan, apakah laba bersih perusahaan akan meningkat atau menurun jika divisi ABC diberhentikan.

b.      Tabel perhitungan jika divisi ABC diberhentikan.

Divisi ABC
Divisi KLM
Divisi XYZ
Total
Hanya Divisi KLM & XYZ
Selisih
Penjualan
1.000.000
4.000.000
5.000.000
10.000.000
9.000.000
1.000.000
Biaya overhead
   750.000
3.000.000
2.500.000
6.250.000
5.500.000
   750.000
Margin kontribusi
   250.000
1.000.000
2.500.000
3.750.000
3.500.000
   250.000
Biaya tetap :
Overhead pabrik
Adm & pemasaran
Alokasi kantor pusat

   150.000
   175.000
   125.000

   200.000
   250.000
   400.000

   400.000
   600.000
   625.000

   750.000
1.025.000
1.150.000

   600.000
   850.000
1.150.000

   150.000
   175.000
-
Laba bersih
 (200.000)
   150.000
   875.000
   825.000
   900.000
   (75.000)

Jika divisi ABC diberhentikan maka laba yang akan diperoleh sebesar Rp. 900.000,-. Laba bersih perusahaan meningkat sebanyak Rp. 75.000,- yaitu dari Rp. 825.000,- menjadi Rp. 900.000,- jika divisi ABC deberhentikan. Peningkatan laba ini terjadi karena divisi KLM & XYZ mempunyai margin kontribusi sebesar Rp. 3.500.000,-. Margin kontribusi ini mampu menutupi biaya terhindarkan kedua divisi tersebut yaitu sebesar Rp. 1.450.000 (overhead pabrik dan administrasi & pemasaran) ditambah lagi dengan biaya tak terhindarkan Rp. 1.150.000,-. Sehingga hasilnya menunjukkan laba bersih meningkat sebesar Rp. 75.000,- dari Rp. 825.000,- menjadi Rp. 900.000,-

c.       Penyewaan ruangan dari divisi ABC
Pemberhentian divisi ABC dan menyewakan semua ruangan merupakan pilihan yang rasional. Karena jika manager membiarkan ruangan itu tidak dipakai, maka ada pendapatan yang hilang sebesar Rp. 400.000,-. Pendapatan ini juga dapat menambah pemasukan perusahaan. Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan biaya kesempatan (opportunity cost).

d.      Perhitungan jika divisi XYZ diberhentikan.

Divisi ABC
Divisi KLM
Divisi XYZ
Total
Hanya Divisi ABC & KLM
Selisih
Penjualan
1.000.000
4.000.000
5.000.000
10.000.000
5.000.000
5.000.000
Biaya overhead
   750.000
3.000.000
2.500.000
6.250.000
3.750.000
2.500.000
Margin kontribusi
   250.000
1.000.000
2.500.000
3.750.000
1.250.000
2.500.000
Biaya tetap :
Overhead pabrik
Adm & pemasaran
Alokasi kantor pusat

   150.000
   175.000
   125.000

   200.000
   250.000
   400.000

   400.000
   600.000
   625.000

   750.000
1.025.000
1.150.000

   350.000
   425.000
1.150.000

   400.000
   600.000
-
Laba bersih
 (200.000)
   150.000
   875.000
   825.000
  (675.000)
 (1.500.000)
Dengan diberhentikannya divisi XYZ, laba perusahaan menjadi berkurang sebesar ( Rp. 1.500.000). jika perusahaan hanya menjalakan divisi ABC dan divisi KLM, maka perusahaan mengalami kerugian sebesar Rp. 675.000,-.

Kasus 3:
a.       Perhitungan pembelia suku cadang

Membuat sendiri suku cadang A
Membeli suku cadang A
Variabel Tetap
Rp. 20.000.000,-
Rp 2.100 x 10.000
Total
Rp. 20.000.000,-
Rp. 21.000.000

Dalam memperhitungkan atas keputusan ini, biaya tetap tidak ikut dipertimbangkan. Maka keputusannya adalah tetap memproduksi sendiri suku cadang A. Ini dilakukan karena membeli dari dari luar suku cadang A akan menimbulkan pemborosan Rp. 1.000.000,-

b.      Perhitungan ½ biaya tetap.

Membuat sendiri suku cadang A
Membeli suku cadang A
Biaya variabel
½ biaya tetap
Rp. 20.000.000,-
Rp.   2.500.000,-
Rp. 21.000.000,-
-
Total
Rp. 22.500.000,-
Rp. 21.000.000,-

Jika ada penawaran dari pihak luar mengenai suku cadang A, maka harga oaling tinggi yang bisa diterima tidak boleh dari Rp.22.500.000,-. Dengan perhitungan yang melibatkan ½ dari biaya tetap, maka keputusan membeli suku cadang A dapat dipertimbangkan.

2 komentar: